Thursday, July 9, 2009

Achmad Ubaidillah dapat kunjungan aktifis perdamaian 6 negara

11-03-2009 15:29 WIB
Jadi Pusat Kajian Islam Enam Negara
Al Falaq Go Internasional

LOJI - Kota Bogor kembali menjadi tempat yang dituju dunia internasional dalam pengembangan dunia bidang pendidikan, terutama berbasis agama Islam. Sebanyak enam negara meliputi Vietnam, Taiwan, Australia, Pakistan, Afrika dan Singapura mengkuti program action for life goes to pesantren and dialogue toward a culture of peace yang diselengarakan oleh Pusat Studi Pesantren (center for Pesantren studies) Al Falaq di Kelurahan Loji Kecamatan Bogor Barat. Tak hanya dihadiri duta dari enam negara, kegiatan ini juga dihadiri oleh pelajar se-Kota Bogor, Lembaga swadaya masyarakat dan tokoh agama se-Kota Bogor.

Direktur Pusat Studi Pesantren Al Falaq Achmad Ubaidillah mengatakan, kegiatan ini dirancang oleh LSM internasional dan Inisiatif of Change bermarkas di London Inggris. “LSM ini tempat berkumpulnya tokoh-tokoh dunia untuk misi perdamaian. Kebetulan Al Falaq direspons oleh LSM ini,” kata Ubaidillah kepada Radar Bogor, kemarin.

Menurut dia, berbagai persoalan, terutama mengenai problem kerukunan umat di berbagai negara menjadi bahasan utama delegasi negara luar tersebut. “Berbagai hal termasuk bagaimana Indonesia bisa mengembangkan kerukunan umat beragama, terutama berbasis keagamaan yang mengikat,” jelasnya.

Namun, beber dia, yang menjadi pembahasan cukup penting dalam dialog ini adalah bagaimana menjelaskan kepada dunia internasional bahwa Islam adalah agama yang menganut perdamaian justru bukan kekerasan. “Ternyata setelah ada penjelasan dari kita (Pusat Studi Pesantren Al Falaq, red) wawasan mereka jadi terbuka,” imbuhnya.

Lebih jauh dia mengatakan, dijadikannya Al Falaq sebagai lokasi dialog dari berbagai negara luar diharapkan bisa menjadi pembuka pemikiran dunia barat menilai negara Islam khususnya Indonesia. “Kita ingin memberikan gambaran kalau Islam di Indonesia khususnya di Kota Bogor bisa hidup berdampingan,” ungkap Ubaidillah.

Tujuan pusat studi pesantren ini, kata dia, untuk mengemban komitmen penelitian interdisipliner yang berkaitan dengan pesantren, Islam dan demokrasi. “Kita ingin menunjukan kalau pondok pesantren bukan lembaga pencipta kekerasan hingga kini dunia barat mulai kembali terbuka,” pungkasnya. (dei)

(Redaksi) radar bogor

No comments: